AVIELLE NEWS Direktur Utama BRI : Strategi Ketahanan Pangan Agar Indonesia Keluar dari Middle Income Trap 2041

avielletech.com – Direktur Utama PT Bank Rakyat (Persero) Tbk, Senarso, memaparkan pentingnya ketahanan pangan sebagai langkah strategis untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah pada tahun 2041.

Pada Dialog Kebijakan Masa Depan Indonesia di Forum Katadata, Sanarso mengatakan diperlukan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 6%, dengan fokus pada investasi pada sumber daya manusia.

Menurut Sanarso, membangun sumber daya manusia yang kuat memerlukan perhatian pada tiga aspek utama, yaitu pemenuhan kebutuhan gizi, peningkatan kesejahteraan melalui pemerataan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi inklusif.

Baca Juga: BRI Raih 3 Penghargaan Top Bergengsi BUMN 2024, CEO BRI Sannarso Raih CEO Terbaik

Berdasarkan studi Bapina, Indonesia diperkirakan akan keluar dari jebakan pendapatan menengah pada tahun 2041 jika rata-rata proyeksi pertumbuhan ekonomi minimal 6% terpenuhi, kata Sanarso.

Untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, menurut Snarso, pendapatan per kapita Indonesia harus di atas $4,465 (sumber: Bank Dunia).

Terkait hal tersebut, Sanarso menjelaskan, dalam kajian BRI, faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi maksimal 6% adalah investasi pada human capital, atau nilai ekonomi dari pengalaman dan keterampilan pekerja. Pembentukan sumber daya manusia juga harus didorong oleh tiga faktor.

Pertama, Indonesia perlu fokus pada pemaksimalan nutrisi dan kebutuhan pangan.

Baca Juga: BRI Perkuat Ekosistem Klaster Bisnis Air Laut di Dusun Semaya Nusa Penida

“Jadi penting bagi kita untuk fokus melihat masalah keamanan pangan dengan cara yang spesifik, unik, dan perspektif,” kata Snareso.

Kedua, pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan hal ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Katanya, cara terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan memberi mereka pekerjaan.

“Setiap orang dalam usia kerja harus bekerja. Dalam hal ini, pemerataan kesempatan kerja menjadi penting,” kata Snareso.

Untuk mencapai kesempatan kerja yang setara, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dimana terdapat unsur pemerataan dan partisipasi masyarakat untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan.

“Aset yang paling penting adalah sumber daya manusia, dan jika ingin meningkatkan sumber daya manusia, perbaiki dulu gizi dan pangannya,” kata Snareso. Lalu kita tunggu, untuk kesetaraan kita memerlukan pertumbuhan yang inklusif,” kata Sanarso.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *