TatarMedia.
Akibat runtuhnya sekolah ini, banyak siswa yang terpaksa harus bergantian mengajar dan belajar.
Kepala Sekolah SD Puncak Tugu Bapak Dedi Setiadi mengatakan, bangunan sekolah tersebut dibangun pada tahun 2011, sebagian terbuat dari kayu dan beratap genteng.
Baca Juga: Inilah Nama-Nama Buruh di Pemerintahan Merah Putih Pemerintahan Prabowo – Gibran
Menurut Desi, sejak seminggu sebelum kejadian, atap gedung sekolah terlihat normal dan terancam roboh.
“Bahan bangunannya sudah lapuk dan bisa roboh, makanya seminggu sebelum roboh, saya pindahkan anak-anak agar tidak bisa menempati ruang kelas.
“Pada Senin (14/10) pukul 05.30 WIB atap sekolah ambruk akibat dimakan rayap dan sudah aus. Pada hari acara ini, tidak ada siswa atau guru.
Baca juga: Tebing Jatuh dan Menabrak Pekerja Kedai Kopi di Kintamani Bali, Satu Orang Meninggal
Dedi Setiadi kepada awak media, Senin (22/10), mengatakan: “Barang juga diangkut, buku ditempatkan di ruang aman bagian kedua”.
Selain rusaknya bahan bangunan akibat pertumbuhan, hujan dan cuaca buruk selama sepekan terakhir menjadi penyebab ambruknya atap sekolah.
Lebih lanjut dijelaskannya: “Keruntuhan tersebut merupakan tahap ketiga, penyebab material bangunan sudah terlanjur turun hujan deras karena tidak kuat menahan beban ubin, sehingga jatuh tahap ketiga”.
Baca juga: Gudang Runtuh di Bogor, 2 Meninggal, 4 Luka-luka
Jumlah siswa yang menempati tiga ruangan kelas III sebanyak 28 orang dan kini proses belajar mengajar terpaksa menggunakan mata pelajaran lain.
Kata ketua, “Rencana belajar saat ini adalah kelas 3 untuk sementara ditempatkan di kelas 2, dan kelas 1 dan kelas 2, waktu belajarnya dibagi. Kelas 1 pagi, kelas 2 siang.